-->

Notification

×

Indeks Berita

Femenisme dan Patriarki

Rabu, 03 Juli 2019 | Juli 03, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-07-03T02:39:15Z
Penulis : Rahmania (Kader PMII)



OPINI,--Berbicara mengenai femenisme dan patriarki tentunya pernyataan diatas adalah dua hal yang berbeda, nah dari perbedaan inilah kita bisa menemukan titik temu untuk menyetarakan sebab jika ingin di satukan itu hal yang agak rumit. Sebelum pembahasannya begitu melebar kita perlu mengetaui apa itu femenisme ? femenisme adalah gerakan perempuan yang menuntut hak sepenuhnya antara kaum laki-laki dan perempuan.

Secara sekilas jika kita hanya membaca dari definis diatas maka akan muncul asumsi-asumsi yang berbeda. Sebelum berfikir terlalu jauh mari kita mencari tahu sebab munculnya femenisme, mengapa kemudian di adakan apa yang melandasi hal tersebut tidak banyak dari kita ketahui hal tersebut.
Pada abad pertengahan di Amerika Serikat perubahan sosial terjadi begitu cepat, perubahan industri, ekonomi, politik, berkembang begitu pesat peningkatan buruh kerja banyak di butuhkan.

Munculnya oknum-oknum yang mempekerjakan buruh dengan harga murah dan kerja maksimal artinya tidak sesuai dengan kerjaannya, yang lebih parahnya lagi mereka yang berprofesi sebagai buruh perempuan tidak banyak terjadi pelecehan seksual, kekerasan fisik, penjualan buruh perempuan atau bahasa kasarnya pembantu, dan itu terjadi di kalangan masyarakat Amerika Barat.

Jika kita beralih ke dunia Timur perumpuan pun menjadi sarana perbudakan, penjualan, bahkan yang lebih tragis perempuan sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu dan itu datang sebelum datangya Rasulullah sebagai pembawa Risalah.

Akhirnya aktivis perempuan di Amerika melakukan demo aksi dengan mengumpulkan para buruh perempuan untuk menuntut kesetaraan hak sepenuhnya antara laki-laki dan perempuan, serta gaji yang sesuai kerja buruh tersebut atau yang biasa disebut sebagai pembebasan kaum berkulit hitam terkhusus kepada perempuan.Tidak sedikit organisasi untuk melakukan pembelaan terhadap kaum perempuan, salah satunya seperti NOW (National Organisation Women).
Berbicara tentang femenisme selalu saja perempuan sebagai objek utama dalam persoalan ini tapi laki-laki juga tidak lepas dari persoalan ini. Selalu ada faktor sebab dan penyebab. Jadi kita membahas ini mestinya laki-laki juga patut ikut serta agar dia tidak salah kafrah dalam menanggapi femenisme tersebut.

Itu adalah cerita singkat dari femenisme bagaimana tidak, gerakan ini muncul jika kita sebagai manusia tidak bisa memperlakukan perempuan selayaknya sebagai perempuan maka jangan tanyakan mengapa gerakan ini muncul begitu pula sebaliknya semut tidak akan menggigit jika kamu tidak menghancurkan sarangnya, jika kita memperlakukan manusia seperti hewan maka apa bedanya kita dengan hewan. Rasulullah sendiri mengajarkan kita bagaimana cara menghargai orang lain yaitu tasamuh, bagaimana cara kita memanusiakan manusia lain saling membutuhkan walaupun pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ego. Ego itu adalah hal yang wajar, yang berbahaya itu adalah egoisme.

Femenisme bukan hanya memperjuangkan hak dan keadilan juga pemahaman solidaritas yang di bangun untuk memanusiakan manusia akan tetapi saat ini femenisme di anggap sangat liberal. Lawan dari femenisme adalah patriarki suatu faham yang mengutamakan laki-laki, dan laki-laki yang mendominasi kekuasaan, sosial, politik, ekonomi dan keluarga.

Dari pernyataan ini kita perlu menarik titik tengah bahwasanya perempuan memang punya hak dan laki-laki juga punya hak, lahirlah “Gender”. Gender berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin. Sedangkan menurut bahasa adalah perbedaan fungsi dan peran. Jadi laki-laki memiliki fungsi, perempuan juga memiliki fungsi serta peran yang berbeda dari masing-masing. Nah disini kadang kita keliru dalam menanggapi hal tersebut.
Misalnya seorang Bapak berperan sebagai kepala rumah tangga, berperan menafkahi istri dan anakya.

Ibu berperan sebagai rumah tangga artinya dia yang mengusai dapur, dan pendidikan terhadap anak. Tapi persoalan bisakan perumpuan bekerja ? tentu saja bisa, asalkan sesuai dengan kesepakatan masing-masing dalam ranah keluarga.
Gerakan perempuan saat ini sudah memudar, wadah untuk perempuan sendiri itu sudah ada yang jarang dan aktivis perempuan masih kurang kontribusinya dalam suatu lembaga mengapa demikian ? tentunya pernyataan ini akan di jawab oleh siapa sejauh ini, masih terdapat tanda tanya besar. Seperti yang dikutib dari beberapa aktivis dalam blognya bahwa perempuan saat ini sangatlah sibuk entah itu pada pendidikan, sibuk dengan asmara, bahkan ada juga yang bermasa bodoh. Alasannya karena hegomoni budaya yang melekat dalam pikirannya.

Pendidikan memang perlu, itu hal yang sangat penting dari suatu ilmu tapi pendidikan itu tidak hanya di dapatkan di bangku perkuliahan tapi dalam berlembaga  pun kita mampu mendapatkan pendidikan. Ada suatu pernyataan yang mengatakan bahwa “Guru Terbesar dalam Hidupmu Adalah Pengalaman”.

Untuk itu sebagai seorang perempuan yang berpendidikan memang perlu tapi tak menuntut kemungkinan pendidikan itu kamu dapatkan dari pengalaman.

Intinya adalah bagaimana kita bisa jadi manusia yang bermanfaat untuk diri dan orang lain. Seorang Ayah pernah berkata bahwa bersifatlah seperti kunci inggris yang bisa bermanfaat untuk sesama.(***)

Penulis : Rahmania (Kader PMII)
Femenisme dan Patriarki

Coffee Ginseng 5 In 1

×
Berita Terbaru Update