-->

Notification

×

Indeks Berita

TULIS BERITA YANG ANDA CARI

Klik Gambar Untuk Mendengarkan

​SAHABAT NEWS : Nenek Rannu Warga Labolong Pinrang Bertahan Hidup Dengan Belas Kasihan Tetangga

Selasa, 04 April 2017 | April 04, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2018-03-14T02:47:03Z
[caption width="340" align="alignnone"]Ket Gambar : Rannu (65), nenek asal Dusun Labolong, Desa Siwolong Polong, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, hidup di sebuah gubuk berukuran 4X7 meter persegi. Wanita kelahiran 1952 itu tinggal sebatang kara. Kerabat dan keluarganya pun tak ada.Ket Gambar : Rannu (65), nenek asal Dusun Labolong, Desa Siwolong Polong, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, hidup di sebuah gubuk berukuran 4X7 meter persegi. Wanita kelahiran 1952 itu tinggal sebatang kara. Kerabat dan keluarganya pun tak ada.[/caption]


PINRANG -- Kondisinya sangat memprihatinkan, pakaiannya tampak kusut dan lusuh, gubuk tempat tinggalnya pun tampak kumuh, Beralaskan tanah dan berdinding anyaman bambu yang tampai mulai rapuh, Rannu (65), nenek asal Dusun Labolong, Desa Siwolong Polong, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, hidup di sebuah gubuk berukuran 4X7 meter persegi. Wanita kelahiran 1952 itu tinggal sebatang kara. Kerabat dan keluarganya pun tak ada.



Awalnya ia tinggal bertiga bersama suaminya, Japa dan seorang puteranya, Sampara (35). Namun, suaminya itu telah wafat sekitar enam tahun lalu. 



Sementara puteranya beranjak merantau sepuluh tahun lalu dan hingga kini tak kunjung kembali.



Sejak saat itu, Rannu mulai bertarung melawan kerasnya hidup menafkahi diri sendiri, tanpa sokongan dan kehadiran seorang suami dan anak semata wayang



Rannu mengaku, tanah tempat gubuknya itu berpijak adalah bukan miliknya, melainkan milik warga setempat



"Saya tak punya apa-apa, gubuk ini pun milik warga di sini," tuturnya saat ditemui di kediamannya, Senin (3/4/2017) Sore.



Rannu menyebutkan, dirinya hanya bekerja saat musim panen tiba. Ia turut serta membantu proses pemanenan di desanya. "Kalau bukan waktu panen, yah tinggal saja di rumah," ujarnya.



Soal makanan sehari-hari, lanjut Rannu, dirinya lebih sering mengonsumsi makanan dari hasil belas kasih tetangga. "Itu pun seadanya saja nak, yang penting bisa menutupi rasa lapar," ucapnya dengan nada sedih.



Rannu menambahkan, dirinya tak pernah lagi mendapat bantuan raskin dan uang tunai dari pemerintah setempat. Akibatnya, ia pun kerap kehabisan beras. "Sudah enam bulan terakhir ini tak ada bantuan itu lagi," pungkasnya.



Di tengah keadaan yang serba kekurangan, Rannu hanya bisa berharap belas kasih orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, bukan dengan cara meminta.



"saya tentu mengaharapkan bantuan, tapi tidak dengan menjadi peminta-minta nak," ucapnya.(*)




Penulis   : Har/Jni 

Editor      : Abdoel 

Toko crypto Cuan Sekarang

×
Berita Terbaru Update
div class='ignielParagraphAds'>