-->

Notification

×

Indeks Berita

TULIS BERITA YANG ANDA CARI

Klik Gambar Untuk Mendengarkan

Khutbah Jumat; Islam Dan Etos Kerja Jalan Keluar Dari Kemalasan Ummat

Jumat, 02 Mei 2025 | Mei 02, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-05-02T04:48:51Z

Khutbah Jumat; Islam Dan Etos Kerja Jalan Keluar Dari Kemalasan Ummat


Salah satu tantangan besar yang melemahkan umat saat ini adalah tumbuhnya sikap malas, menurunnya semangat kerja, dan lemahnya rasa tanggung jawab. Namun, masalah ini tidak hanya bersifat individu, melainkan juga berkaitan dengan sistem yang tidak mampu mendorong produktivitas dan menciptakan keadilan ekonomi. Jika etos kerja hilang, maka kemunduran dan ketergantungan akan tumbuh, serta daya saing umat akan hilang di tengah dunia yang terus bergerak maju, Padahal, Islam sejak awal mengajarkan bahwa bekerja adalah ibadah.

 Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Islam dan Etos Kerja, Jalan Keluar dari Kemalasan Umat”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


 Khutbah I

 الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dukung kami untuk terus berkembang Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati AllahBaca Juga:Khutbah Jumat: Keistimewaan Hari Jumat yang Kerap Dilupakan Puji syukur alhamdulillahi rabbil 'alamin, mari senantiasa kita ucapkan melalui lisan dan kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua tanpa terhitung jumlahnya, termasuk nikmat sehat, waktu, dan kemampuan untuk bekerja. Di tengah zaman yang penuh ujian ini, di mana kemalasan dan kelalaian sering merusak semangat umat, semoga Allah selalu membimbing kita agar tetap menjaga etos kerja yang baik dan menjadikan setiap usaha kita sebagai bentuk ibadah.

 Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi. Suri teladan dalam ketekunan, kejujuran, dan tanggung jawab. Beliau tidak hanya pengemban wahyu, tetapi juga sosok pekerja keras yang tak pernah mengenal kata malas dalam menunaikan amanah dakwah maupun tanggung jawab sehari-hari. Semoga kita termasuk golongan umatnya yang mengikuti jejak kerja kerasnya, dan kelak mendapat syafaat darinya i hari kiamat. Amin ya rabbal alamin.

 Selanjutnya, sebagai khatib, sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk senantiasa mengingatkan para jamaah shalat Jumat agar terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Salah satu wujud nyata dari takwa adalah memiliki etos kerja yang baik, yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh, disiplin, dan bertanggung jawab. Takwa tidak hanya soal ibadah saja, tetapi juga tercermin dalam kesungguhan mencari nafkah yang halal, menepati waktu, dan tidak bermalas-malasan dalam menjalani amanah hidup di dunia.

 Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Di tengah melemahnya produktivitas dan semangat kerja sebagian masyarakat, kita tidak bisa menutup mata bahwa persoalan ini tidak hanya disebabkan oleh kemalasan individu semata. Banyak faktor struktural yang ikut membentuk situasi ini, mulia dari keterbatasan lapangan kerja yang layak, sistem ekonomi yang tidak adil, hingga kebijakan negara yang belum sepenuhnya berpihak pada kemaslahatan rakyat kecil.

 Maka dari itu, ajaran Islam tentang etos kerja tidak hanya seruan kepada pribadi-pribadi saja, tetapi juga seruan kepada para pengelola negara dan para pemangku kebijakan untuk menciptakan sistem yang adil, produktif, dan berpihak pada kemuliaan kerja. Sebab, Allah swt menciptakan bumi dan segala isinya tidak hanya sekadar untuk kita pijak, tetapi juga agar kita menghidupkan kembali etos kerja, misal dengan mengelolanya, menjelajahinya, dan mengambil manfaat dirinya. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

Baca Juga:Khutbah Jumat: 4 Resep Hidup Bahagia هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

 Artinya, “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk: 15).

 Ayat ini merupakan isyarat yang sangat jelas bagi kita semua bahwa Al-Qur’an mendorong umat manusia untuk membangun semangat kerja dan kemandirian. Perintah untuk menjelajahi bumi dan mencari rezeki adalah seruan bagi individu untuk berikhtiar, namun juga menjadi panggilan bagi masyarakat dan negara untuk menciptakan sistem yang mendukung produktivitas, menyediakan akses kerja yang adil, serta mempermudah jalan-jalan ikhtiar itu.

 Ikhtiar, mobilitas, dan produktivitas bukan hanya tanggung jawab pribadi, tetapi juga amanah kolektif dalam membangun peradaban yang bermartabat.


 Ayat ini merupakan isyarat yang sangat jelas bagi kita semua bahwa Al-Qur’an mendorong umat manusia untuk membangun semangat kerja dan kemandirian. Perintah untuk menjelajahi bumi dan mencari rezeki adalah seruan bagi individu untuk berikhtiar, namun juga menjadi panggilan bagi masyarakat dan negara untuk menciptakan sistem yang mendukung produktivitas, menyediakan akses kerja yang adil, serta mempermudah jalan-jalan ikhtiar itu.


 Merujuk penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil 'Azhim, jilid VIII, halaman 179, ia menjelaskan bahwa perintah menjelajahi bumi adalah dorongan untuk berusaha dan berdagang. Meski hasilnya bergantung pada ketetapan dan kemudahan dari Allah, usaha nyata tetap diperintahkan. Karena itu, ikhtiar, mobilitas, dan produktivitas tidak hanya tanggung jawab pribadi, tapi juga amanah kolektif, termasuk peran penguasa dalam membuka jalan menuju kemajuan bersama:

 سَافِرُوْا حَيْثُ شِئْتُمْ مِنْ أَقْطَارِهَا وَتَرَدَّدُوْا فِي أَقَالِيْمِهَا وَأَرْجَائِهَا فِي أَنْوَاعِ الْمَكَاسِبِ وَالتِّجَارَاتِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ سَعْيَكُمْ لاَ يُجْدِي عَلَيْكُمْ شَيْئًا، إِلاَّ أَنْ يُيَسِّرَهُ اللهُ لَكُمْ؛ وَلِهَذَا قَالَ: وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ. فَالسَّعْيُ فِي السَّبَبِ لاَ يُنَافِي التَّوَكُّلَ

 Artinya, “Bepergianlah ke mana pun kalian kehendaki dari penjuru bumi, dan bolak-baliklah di wilayah-wilayah serta berbagai pelosoknya untuk mencari beragam penghasilan dan usaha perdagangan. Namun ketahuilah bahwa upaya kalian tidak akan membawa hasil apa pun kecuali jika Allah memudahkannya bagi kalian. Karena itulah Dia berfirman: ‘dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya’. Maka berusaha melalui sebab-sebab tidaklah bertentangan dengan tawakal.”


 Pendapat Imam Ibnu Katsir di atas menegaskan bahwa Islam mendorong usaha nyata seperti bepergian, berdagang, dan mencari penghasilan. Tentu saja, dorongan ini tidak hanya bagi individu, tapi juga seruan bagi masyarakat dan penguasa agar menciptakan sistem yang membuka ruang kerja dan kehidupan yang layak. Sebab, kemalasan kerap lahir dari tatanan yang tidak adil. Maka, membangun etos kerja adalah tanggung jawab kolektif, bukan beban pribadi semata.



 Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Rasulullah saw telah berwasiat kepada kita semua sejak dulu bahwa makanan terbaik bukanlah makanan yang paling mahal atau paling mewah, tetapi yang didapatkan dari hasil usaha yang halal dan kerja keras kita sendiri yang sungguh-sungguh, atau etos kerja. Ketika seseorang menafkahi dirinya dan keluarganya dengan hasil tangannya sendiri, itulah bentuk kemuliaan sejati. Dalam salah satu haditsnya, Nabi bersabda:

 مَا أَكَلَ أَحَدٌ مِنْ بَنِيْ آدَمَ طَعَامًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

 Artinya, “Tidaklah seseorang dari anak keturunan Adam memakan makanan yang lebih baik baginya daripada makanan yang ia peroleh dari hasil kerja tangannya sendiri.” (HR Bukhari).



 Merujuk penjelasan Al-Hafiz Abdurrauf Al-Munawi dalam kitab At-Taisir bi Syarhil Jami’is Shagir, jilid II, halaman 665, bahwa makanan yang tak berasal dari hasil kerja tangan sendiri tidak memiliki keutamaan dibandingkan makanan yang diperoleh dari usaha pribadi. Adapun letak keutamaannya karena usaha itu memberi manfaat, baik kepada si pencari nafkah maupun orang lain, dan karena usaha tersebut dapat menjauhkan dari pengangguran yang tercela dalam Islam. Dalam kitabnya ia mengatakan:

 فَأَكْلُهُ مِنْ طَعَامٍ لَيْسَ مِنْ كَسْبِ يَدِهِ مَنْفِيٌ التَّفْضِيْلِ عَلىَ أَكْلِهِ مِنْ كَسْبِ يَدِهِ. وَوَجْهُ الْخَيْرِيَّةِ مَا فِيْهِ مِنْ اِيْصَالِ النَّفْعِ لِلْكَاسِبِ وَغَيْرِهِ وَالسَّلاَمَةِ مِنَ الْبَطَالَةِ الْمَكْرُوْهَةِ

 Artinya, “Maka memakan makanan yang tidak berasal dari hasil kerja tangannya sendiri tidak memiliki keutamaan dibandingkan memakan dari hasil kerja tangannya sendiri. Letak keutamaan (dari hasil kerja tangannya sendiri) adalah pada adanya manfaat yang sampai kepada si pencari nafkah dan juga orang lain, serta keselamatan dari pengangguran yang tercela.”



 Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Demikian khutbah Jumat tentang pentingnya etos kerja dalam Islam, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab individu saja, tetapi juga bagian dari peran kolektif kita semua dalam membangun sistem yang mendukung produktivitas dan mengatasi kemalasan umat.



 Semoga ini menjadi pengingat untuk terus bekerja dengan tekun, berusaha maksimal, dan menjaga keikhlasan, dengan kesadaran bahwa sistem yang adil dan mendukung adalah bagian dari jalan keluar kita. Islam mengajarkan bahwa usaha sungguh-sungguh adalah kunci keberhasilan, namun harus disertai tawakal kepada Allah. Semoga Allah swt memberi kita kekuatan untuk menjalani hidup dengan semangat, produktivitas, dan dijauhkan dari kemalasan. Amin ya Rabbal 'alamin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 


Khutbah II

 اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

​​​​​​​ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ



Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan Awardee Beasiswa non-Degree Kemenag-LPDP Program Karya Turots Ilmiah di Maroko.Kolomnis: SunnatullahEditor: Ahmad Muntaha AM


Penulis: Sunnatullah

Sumber; https://nu.or.id/superapp (Android & iOS)

Toko crypto Cuan Sekarang

×
Berita Terbaru Update
div class='ignielParagraphAds'>